Hellow, kembali lagi bersama saya disini. Kali ini saya mau berbagi cerita mengenai suatu permasalahan kita sehari sehari dengan menganalogikan sebgai piranha dengan ikan koki. Oke langsung saja, check it out.
Seorang pengusaha kembali dari Brazil untuk sebuah muhibah
bisnis. Ia membawa oleh-oleh setoples Ikan
Piranha. Seperti diketahui, piranha di habitat aslinya di perairan Amazon
adalah ikan buas dan agresif. Pengusaha ini menaruhnya di akuarium bersekat
kaca. Piranha-piranha itu berenang tenang di bak sebelah kiri.
Kemudian sejumlah ikan koki local dimasukkan ke bak sebelah
kanan. Seketika seperti dikomando, piranha piranha segera menyerbu hendak memangsa. Tetapi apa daya
mereka hanya bisa menabrak kaca.
Serbuan diulang: piranha piranha menerkam
dengan ganas. Apa lacur, kali ini moncong –moncong mereka mulai penyok
tertumbuk kaca.
Tidak jera, piranha-piranha terus menyerbu dan menyerbuu sampai akhirnya bibir mereka jontor dan berdarah. Pada titik itulah mereka kapok dan trauma sehingga tak berani lagi menyerbu. Pela tapi pasti, mereka kehilangan agresivitasnya.
Tidak jera, piranha-piranha terus menyerbu dan menyerbuu sampai akhirnya bibir mereka jontor dan berdarah. Pada titik itulah mereka kapok dan trauma sehingga tak berani lagi menyerbu. Pela tapi pasti, mereka kehilangan agresivitasnya.
Sekian waktu kemudian, sesudah bibir mereka sembuh, kaca
pemisah aquarium dicabut. Aneh bin ajaib: mereka kehilangan naluri
aslinya,tidak lagi sontan ganas menyerbu; malah terlihat jinak bersama ikan
koki local.
Pengalaman buruk di masa lampau sering menjadi kendala untuk
bertumbuh dan berkembang. Kini kaca pembatas sudah terangkat. Namun pengalaman
buruk masa lalu masih saja menjadi tembok. Betul, pengalaman itu harus kita
jadikan sebagai guru dan referensi edukatif untuk mengarungi realitas baru.
Ingatlah saat masih kecil kita rajin mengexplorasikan dunia
sekeliling: berani memegang api, meraba moncong anjing, gagah melayang terbang, nekat membongkar barang-barang
elektronik, perkasa menjungkirbalikkan tempat tidur, tidak takut bermain
lumpur. Ya,kita memeriksa apa saja di sekitar kita untukmencari pengalaman.
Kita jatuh bangun, tapi tidak kapok.Kita meringis dan meangis,tapi sibuk
tertawa dan melompat-lompat
Jadi,jangan terhantui apalagi terbelenggu, jangan mau
terkendala dengan pengalaman lampau yang pahit.


No comments:
Post a Comment